SMP KHZ MUSTHAFA SUKAMANAH

Senin, 30 Januari 2012

Pembelajaran Berbasis ICT

Revolusi teknologi masa kini, khususnya komputer dan internet telah mengubah cara pandang dan berpikir secara praktis dan efisien pada masyarakat kita khususnya dan dunia pada umumnya. Kita semua dihadapkan pada ambang gerbang transisi yang berbasis teknologi, dimana kecepatan penyampaian dan menangkap suatu informasi menjadi sangat penting dalam rangka memajukan pendidikan.

Pada era masyarakat yang dinamis atau menjelang era masyarakat dinamis yang kita harapkan dapat terwujud di tahun–tahun mendatang, perlu kiranya kita melakukan langkah persiapan secara optimal. Mengapa persiapan tersebut tidak dimulai dari sekarang juga? Ilmu pengetahuan saja tidak lagi cukup, sebab kita sudah berada di sekitar teknologi mobile, serba nir–kabel, semua menuntut multimedialitas. Siap atau tidak pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi/Technology Information & Comunication (TIK/ICT) harus dimulai sejak sekarang.


Mendayagunakan teknologi komunikasi dan informasi di sekolah adalah salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Berbagai penelitian baik di dalam maupun di luar negeri menunjukkan bahwa pemanfaatan bahan ajar yang dikemas dalam bentuk media berbasi ICT dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Bersamaan dengan itu, pada generasi e–learning ini, kesadaran masyarakat akan proses belajar mengajar dengan menggunakan media ICT akan semakin besar. Berangkat dari keadaan tersebut, saat ini juga merupakan waktu yang tepat untuk merangsang masyarakat agar mulai menggunakan teknologi dalam upaya pengembangan sumber daya manusia. Namun demikian, media pembelajaran berbasis ICT dan pemanfaatanya berupa e–learning masih belum banyak dikembangkan dan dimanfaatkan di Indonesia. Oleh karena itu, perlu ditumbuhkan kesadaran masyarakat untuk lebih memberi perhatian pada peningkatan kuantitas dan kualitas media pembelajaran berbasis ICT dan pemanfaatannya di Indonesia. Ada tiga komponen penting yang harus disiapkan untuk menuju masyarakat berbasis pengetahuan menggunakan ICT, yaitu :
  • Infrastruktur
  • SDM
  • Konten dan aplikasi
INFRASTRUKTUR
Pengembangan infrastruktur ICT pada lingkungan pendidikan di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1995, juga tumbuhnya ICT Center disetiap kabupaten/kota sejak tahun 2000, namun terlihat semakin pesat sejak tahun 2006 dengan dikembangkannya Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas). Zona Perguruan Tinggi (Inherent) Zona ini menghubungkan perguruan tinggi yang ada pada 33 propinsi, dan disebut juga dengan Inherent (Indonesia Higher Education Network) Jaringan ini diprioritaskan untuk pelaksanaan riset dan pengembangan perguruan tinggi, sehingga menggunakan bandwidth yang cukup besar.
Zona Sekolah Zona ini akan dikembangkan pada tahun 2007 dan menghubungkan 6500 sekolah
dengan menggunakan teknologi ADSL. Zona ini dikembangkan dalam area yang terbatas oleh kemampuan layanan ADSL yang dapat dicapai oleh PT Telkom  Jejaring pendidikan nasional adalah Wide Area Network (WAN) yang menghubungkan seluruh kantor dinas pendidikan propinsi, kabupaten/kota,
sekolah-sekolah dan perguruan tinggi. Jejaring ini dibuat untuk memperlancar dan mengoptimalkan arus komunikasi, data dan informasi antar pelaksana pendidikan, sehingga data dan informasi menjadi lebih optimal, lancar, transparan, efektif dan efisien. Secara umum, Jardiknas dapat menjadi 3 zona, yaitu:
1. Zona Kantor Dinas Pendidikan / Institusi
2. Zona Perguruan Tinggi
3. Zona Sekolah

Zona Kantor Dinas Pendidikan / Institusi
Zona ini menghubungkan kantor-kantor dinas pendidikan propinsi,
kabupaten/kota, PPPG, LPMP, Balai Bahasa, SKB dan institusi pendidikan lainnya.
Jaringan pada zona ini diprioritaskan untuk implementasi transaksi on line
Sistem Informasi Manajemen (SIM) Pendidikan.

B. SUMBER DAYA MANUSIA
Pengembangan SDM juga dilakukan Depdiknas sejak dilakukan sosialisasi tentang
Internet pada tahun 1999. Sejak saat itu banyak pelatihan ICT, antara lain:
Pelatihan Internet, SMK TI, Networking, Pelatihan Multimedia, Ketrampilan
kompter dan Pengelolaan Informasi, hingga Java Education National Network, serta
pelatihan Jardiknas.
Selain pelatihan, juga banyak disiapkan pendidikan formal untuk peningkatan
kompetensi guru, diantaranya : S2 Magister TI Terapan, D4 TI, S2 Game Teknologi ,
D3 TKJ dll.
Jardiknas adalah jejaring besar di Indonesia yang diakui oleh Dewan ICT Nasional
sebagai salah satu dari 7 Flagship ICT Nasional. Untuk mendukung peran Jardiknas
sebagai super highway bagi e-Learning dan e-Administration Pendidikan Nasional,
maka kebutuhan SDM yang cakap dan kreatif dalam mengembangkan bahan-bahan
ajar berbasis ICT dan memutakhirkan Data Pokok Pendidikan dari titik-titik sekolah
(SchoolNet) ke titik Pusat di Depdiknas Jakarta. Untuk itulah Biro PKLN memandang
penting diselenggarakannya program Pelatihan Program berbasis ICT ini untuk
mengenalkan Jardiknas kepada Kepala, Guru, Tata Usaha, dan Pustakawan
Sekolah/Madrasah yang diharapkan dapat memenuhi kapasitas content e-Learning
dan e-Administration serta kesinambungan Jejaring Pendidikan Nasional
(Jardiknas).

C. KONTEN DAN APLIKASI ELEARNING
3.1 Internet sebagai Media Pengajaran
Di Amerika, negara asal kemunculan internet, internet digunakan sebagai
penghubung antar universitas. Kehadiran internet di Amerika identik dengan
pengajaran dan penyebarluasan ilmu pengetahuan. Bagaimana dengan Indonesia ?
lain halnya dengan Indonesia, kehadiran internet identik dengan Bisnis (ecommerce,
ISP) dan entertainment. Komersialisasi komponen internet membuat
biaya akses internet di indonesia membumbung enam kali lipat lebih mahal
daripada di negara asal kemunculan internet.
Yang menjadi pertanyaan, benarkah internet sangat penting dan mendukung
dalam sektor pengajaran? Terkait dengan pola pengajaran konfensional yang
berbasis pertemuan langsung/tatap muka, apakah mereka akan tergantikan dengan
kehadiran internet?
Seiring pertambahan penduduk maka kebutuhan akan pengajaran juga
semakin besar. Sayangnya, peningkatan kebutuhan ini sering kali tidak diimbangi
dengan peningkatan prasarana pengajaran,baik kuantitas maupun kualitas.
Pertambahan jumlah pengajar tidak sebanding pertambahan kebutuhan yang ada.
Ketika suatu instansi pengajaran membuka program/kelas baru. hal ini tidak
diimbangi dengan penambahan jumlah pengajar. Akibatnya, waktu dan tenaga yang
dialokasikan semakin terbatas. Secara otomatis peningkatan kualitas yang
diharapkan tidak akan tercapai.
Keterbatasan ruang dan waktu menjadi kendala utama bagi peningkatan
kualitas pengajaran. Pertambahan jumlah peserta didik pada suatu lembaga
pengajaran berpotensi mengurangi kualitas interaksi antara pengajar dan peserta
didik sehingga hasil yang maksimal, dalam rupa pengajaran berkualitas, semakin
jauh dari harapan.

Pemanfaatan internet dalam dunia pengajaran akan membantu dunia
pengajaran meningkatkan kuantitas peserta didik. Akan semakin banyak peserta
didik yang dapat direngkuh melalui internet. Selain peningkatan kuantitas, hal yang
sama pun berlaku pada pada sisi kualitas. Seperti disinggung diatas, peningkatan
kuantitas peserta didik dapat mendegradasi kualitas pengajaran yang diperolehnya.
Pengadaan teknologi internet, dapat menjadi salah satu antisipator terhadap
kemungkinan tersebut.
Titik sentral pengajaran adalah hubungan antara pengajar dan peserta
didik. Pada metode pengajaran konvensional, hubungan antara pengajar dengan
peserta didik sangat erat, yang erat ini melibatkan fitrah manusia sebagai manusia
yang butuh sentuhan perasaan (empati) dari pengajar dalam transfer
pengetahuan. Oleh karena itu kualitas pengajaran konfensional dikenal sangat baik
dan mampu menghasilkan manusia yang bukan hanya pandai, melainkan juga
terdidik. Kita mengenal hubungan ‘santri –kiai’, lalu sistem ‘usrah’ (seperti pada
Universitas Islam Antar Bangsa) dimana profesor duduk melingkar bersama pera
peserta didik dan asisten, dan juga sistem, ‘talk and chalk’ pada universitas –
universitas terkemuka di dunia. Sistem pengajaran semacam itu memang sangat
baik. Akan tetapi, seiring peningkatan jumlah peserta didik, haruskah kita tetap
bertahan pada pola lama tanpa melibatkan teknologi di dalamnya?
Teknologi internet mengemuka sebagai media yang multirupa. Komunikasi
melalui internet bisa dilakukan secara interpersonal (misalnya e-mail dan chatting)
atau secara massa, dikenal one to many communition (misalnya mailing list).
Internet juga mampu hadir secara real time audio visual seterti pada metode
konvensional dengan adanya aplikasi teleconference.
Berdasarkan hal tersebut maka internet sebagai media pengajaran mampu
mengadakan karakteristik yang khas, yaitu {1} sebagai media interpersonal dan
massa; {2} bersifat interaktif; {3} memungkinkan komunikasi secara sinkron maupun
ansinkron {tunda}. Karakteristik ini memungkinkan peserta didik melakukan
komunikasi dengan sumber ilmu secara lebih luas jika dibandingkan dengan hanya
menggunakan media konfensional.
TI menunjang peserta didik yang mengalami keterbatasan ruang dan waktu
untuk tetap bisa meninkmati pengajaran. Metode talk and chalk, nyantri, usrah
dapat dimodifikasi dalam bentuk komunikasi melalui e-mail, (mailing list). Metode
ini mampu menghilangkan gap antara pakar dan peserta didiknya. Suasana yang
hangat dan nonformal pada mailing list ternyata menjadi cara pembelajaran yang
efektif seperti peda metode usrah.
Berdasarkan uraian diatas, bisa dikatakan bahwa internet bukanlah
pengganti sistim pengajaran. Kehadiran internet lebih bersifat suprementer dan
pelengkap. Metode konvensional tetap diperlukan, hanya saja bisa dimodifikasi
kebentuk lain. Metode talk and chalk mengalami modifikasi menjadi online
conference. Metode nyantri dan usrah mengalami modifikasi menjadi diskusi
melalui mailling list.
3.2. Web Portal Belajar dan Distance Learning
Tahap awal pemanfaatan internet dalam pengajaran berbentuk model Web
Portal Belajar. Model ini menggunakan internet sebagai penunjang peningkatan
kegiatan belajar mengajar dikelas.Jadi, peningkatan kualitas pengajaran masih
sangat mengutamakan tatap muka dikelas.
Model Web Portal Belajar menjadikan internet sebagai penyedia sumber
belajar yang bisa diakses secara online. Internet juga menjadi sarana bagi peserta

didik untuk meningkatkan komunikasi, baik sesama peserta didik,peserta didik
dengan pengajar, atau peserta didik dengan pengajar, atau peserta didik dengan
kelompok lain diluar institusi sekolah. Model ini meningkatkatkan kualitas
pengajaran yang diberikan diruang kelas karena terdapat pengayaan materi, baik
yang berasal dari kegiatan tatap muka dikelas maupun yang ada di internet.
Apabila pihak institusi pengajaran telah mampu menerapkan model Web
Portal Belajar maka institusi bisa mengembangkan ke tahap selanjutnya yang
disebut pembelajaran jarak jauh / distance learning, pengajar dan peserta didik
terpisah oleh waktu dan ruang.Walau demikian, diskusi masih bisa dilaksanakan,
baik secara sinkron maupun asinkron. Seluruh kegiatan pengajaran dilakukan
melalui internet sehingga kegiatan tatap muka secara fisik tidak diperlukan. Dalam
distance learning, internet bukan hanya berperan sebagai pendukung kegiatan
pengajaran,melainkan juga faktor utama yang menentukan jalannya pengajaran.
Bagaimana tidak ? Tanpa koneksi internet maka pengajaran tidak akan dapat
berjalan.
Pembelajaran jarak jauh (distance learning) melalui internet harus tetap
melibatkan empati para pengajar sehingga terjadi hubungan erat antara pengajar
dan peserta didik. Tanpa empati, pengajaran dalam arti sesungguhnya tidak terjadi
dan yang berlangsung hanyalah proses transfer informasi. Untuk itu, institusi yang
mengadakan distance learning harus memperhatikan unsur-unsur sebagai berikut:
1) Pusat kegiatan peserta didik . Sebagai community web distance learning maka
ia harus bisa menjadi sarana bagi pusat kegiatan peserta didik,diantaranya
menambah kemampuan, membaca materi kuliah,mencari informasi, dan
sebagainya. Untuk itu , institusi perlu merancang sebaik mungkin web yang
disajikan sehingga bisa menampung semua kebutuhan peserta didik. Institusi
juga harus membuka diri kepada para peserta didik sehingga penjaringan ide
bagi pengembangan aplikasi yang ada bisa berjalan lebih cepat.
2) Interaksi dalam grup. Para peserta didik harus bisa saling berinteraksi satu
sama lain walaupun tidak berada pada satu tempat /ruangan yang sama.
Mereka bisa saling berdiskusi tentang materi yang diberikan oleh para pengajar.
Dosen bisa hadir dalam diskusi ini dengan memberikan ulasan awal sebelum
diskusi dimulai. Oleh karena itu, instusi yang benar-benar terjun dalam pola
distance learning harus pula mempersiapkan aplikasi yang bisa menjalin
interaksi antara semua komponen yang terlibat dalam pengajaran.
3) Sistem administrasi peserta didik . Unsur ini tidak boleh diabaikan .Karena
dalam distance learning peserta didik tidak hadir secara fisik pada institusi
yang ada maka format administrasi yang perlu dibangun akan lebih komplek bila
dibandingkan pola pengajaran konvensial. Perlu dikembangkan juga
aplikasiyang memungkinkan peserta didikuntuk mengetahui statusnya
(prestasi), jumlah SKS (Sistem Kredit Semester) yang telah ditemouh, mata
kuliah yang akan diambil pada semester selanjutnya, cara pembayaran biaya
pengajatran, dan sebagainya. Hal yang tidak boleh dilupakan oleh institusi
pengajaran adalah jaminan keamanan terhadap data pribadi para peserta didik.
Kerahasiaan data ini mutlak dan institusai tidak berhak menjualnya kepada
pihak lain. Institusi pengajaran perlu melengkapi diri dengan aplikasi
pengamanan jaringan internet (seperti firewall, enkripsi data dan sebagainya).
Aplikasi keamanan jaringan akan mengurangi peluang kebocoran data peserta
didik yang beresiko tinggi apabila berhadapan dengan pihak-pihak tak
bertanggung jawab.
4) Evaluasi materi. Evaluasi sangat perlu dilakukan agar peserta didik maupun
institusi pengajaran bisa mengetahui sejauh mana efektifitas pengajaran yang
dilakukan. Evaluasi ini juga membantu peserta didik dalam mengetahui tingkat
pemahaman materi yang disajikan.
5) Perpustakaan digital. Dalam distance learning, perpustakaan digital
merupakan hal yang wajib. Tanpa adanya perpustakaan digital maka peserta
didik akan mengalami kesulitan dalam mencari literarut yang dibutuhkan dalam
proses pengajaran. Ketidakhadiran perpustakaan digital akan sangat
menurunkan kualitas pengajaran yang ada karena peserta didik tidak mampu
hadir secara fisik untuk memperoleh sumber informasi pengajaran yang dimiliki
perpustakaan digital hendaknya tidak hanya berupa buku, tetapi juga literasi
berbentuk video, dan image.
6) Materi online pendukung lainnya. Selain perpustakaan digital yang menyajikan
sumber ilmu yang dimiliki oleh institusi pengajaran, peserta didik juga harus
diberi link ke sumber informasi lannya. Situs-situs pendukung yang sekiranya
mampu meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi yang adaperlu
disajikan dalam aplikasi distance learning, peserta didik juga harus diberikan
kesempatan untuk bisa mengisikan link pada aplikasi distance learning sehingga
peserta didik lain bisa memperoleh manfaat yang lebih progresif. Dengan
keterlibatan peserta didik, diharapkan tumbuh loyalitas untuk saling berbagi
informasi sehingga bisa membantu peserta didik lain dalam memperoleh
manfaat dari distance learning ini.
3.3. Aplikasi Internet untuk eLearning
Internet menyediakan banyak kemudahan bagi dunia pengajaran. Sebenernya,
suatu institusi yang akan mengadakan pengajaran online tidak perlu susah-susah
membangun perangkat lunak untuk e-learning yang dibutuhkannya. Telah tersedia
berbagai pilihan aplikasi yang bisa dimanfaatkan demi memperlancar jalannya
proses pengajaran. Pilihan aplikasi yang tersedia sangat beragam, mulai yang gratis
(di bawah open source project) hingga komersial (dibawah vendor tertentu).
Ketika memutuskan utuk menerapkan distance learning, yang harus dilakukan
pertama kali adalah memahami model CAL+CAT (Computer Assisted
Learning+Computer Assisted Teaching) yang akan diterapkan. Beberapa model
CAL+CAT, diantaranya adalah :
1. Learning Management System (LMS). LMS merupakan kendaraan utama dalam
proses pengajaran dan pembelajaran. Kumpulan perangkat lunak yang ada
didesain untuk pengaturan pada tingkat individu, ruang kuliah, dan institusi.
Karakter utama LMS adalah pengguna yang merupakan pengajar dan peserta
didik, dan keduanya harus terkoneksi dengan internet untuk menggunakan
aplikasi ini.
2. Computer Based Training (CBT) / Course Authoting Package (CAP). CBT adalah
perangkat lunak online untuk proses pembelajaran secara local pada masingmasing
computer peserta didik. Perangkat lunak ini juga bias diterapkan secara
online. Kebanyakan pengguna menggunakannya secara offline karena faktor
bandwith yang dibutuhkan CBT untuk memproses large video. CAP adalah
perangkat lunak untuk mengembangkan lunak CBT.
3. Virtual Laboratory. ViLAB adalah lingkungan dimana peserta didik dapat
memperoleh pengalaman praktis secara maya/virtual . ViLAB umumnya
dipasang secara offline pada masing-masing komputer peserta didik, namun sat
ini sudah banyak aplikasi online.
3.4. Aplikasi Pendukung
a. Digital Library
Digital Library menawarkan kemudahan bagi para pengguna untuk mengakses
resource-resource elektronik dengan alat yang menyenangkan pada waktu dan
kesempatan yang terbatas. Pengguna tidak lagi tertarik terhadap operasional
secara fisik jam perpustakaan dan tidak dapat berkunjung keperpustakaan secara
fisik untuk mengakses resource-resourcenya. Disinilah Digital Library sebagai alat
untuk memfasilitasi dan memecahkan atas keterbatasan-keterbatasan tersebut.
Digital Library belum didefinisikan secara jelas untuk dapat dijadikan standar atau
acuan dalam dunia pendidikan. Beberapa kata seperti “Electronic Library” atau
“Virtual Library” yang merupakan sinonimnya mungkin lebih dikenal dan sering
digunakan. Assotiation of Research Library menyandarkan pada Karen Drabenstott’s
Analytical Review of the Library of the Future [Drabenstott] atas inspirasinya dalam
mendefinisikan Digital Library, Drabenstott menawarkan 14 definisi yang
dipublikasikan antara tahin 1987 dan 1993. Secara umum perbedaan-perbedaan
definisi tersebut dapat disederhanakan sebagai berikut :
· Digital Library memerlukan teknologi untuk menghubungkan
banyak resource, perpustakaan dan pelayanan informasi.
· Hubungan beberapa Digital Library dan pelayanan informasi adalah
transparan kepada pengguna akhir.
· Tujuannya adalah akses secara universal dan pelayanan informasi.
· Koleksi Digital Library adalah tidak terbatas terhadap dokumen,
tetapi berkembang pada digital artifacts yang tidak dapat di
sajikan atau distribusikan dalam format tercetak.
b. Video on Demand
Video on Demand menawarkan kemudahan bagi para pengguna untuk mengakses
resource-resource digital berupa video dengan alat yang menyenangkan pada waktu
dan kesempatan yang terbatas. Video ini biasanya berupa video pembelajaran,
yang dapat diakses sesuai kebutuhan, dan didistribusikan secara streaming melalui
jaringan komputer.
c. Wikipedia
Wikipedia menawarkan kemudahan bagi para pengguna untuk berkolaborasi
menyusun ensiklopedia. Dengan wikipedia pengguna dapat membangun naskah
secara kolaboratif, hingga dapat menjadi ensiklopedia di Internet.
d. Blog
Blog menawarkan kemudahan bagi para pengguna untuk membuat tulisan, baik
formal maupun informal, seperti buku harian. Blog adalah catatan seseorang yang
dibuat untuk konsumsi publik. Dengan blog ini kita bisa sharing ilmu pengetahuan.
e. Mobile Learning
Mobile Learning merupakan perwujudan elearning dalam perangkat bergerak,
seperti handpone/telepon genggam. Dengan mobile learning kita bisa belajar
melalui handpone kita. Materi dituangkan dalam modul untuk handpone.

D. Kesimpulan
1. Infrastruktur serta penyiapan SDM dalam bidang TIK untuk dunia pendidikan
Indonesia sudah cukup berkembang, maka selanjutnya upaya untuk
memperkaya konten adalah sangat penting.
2. Beberapa model untuk pembelajaran berbasis ICT adalah dengan Learning
Management Siystem (LMS), Computer Base Training (CBT), Virtual Laboratory
(Vilab).
3. Ada beberapa tools, serta aplikasi untuk penerapa pembelajar berbasis ICT,
antara lain : eMail, Mailing List/Forum, Web Portal Pembelajaran, Digital
Library, Video on demand, Wikipedia, Blog, Mobile learning.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar